Sekolah Menengah Kejuruan, Pilihan Hidup Generasi Muda
Kebutuhan akan teknisi madya sangat besar di bidang industri, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebagai institusi pendidikan yang menyediakan teknisi madya terbesar, siswa SMK tentu memiliki keahlian bervariasi. Dari sisi peluang kerja, SMK juga pilihan terbaik, terutama bagi siswa yang tidak punya kesempatan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Pada jenjang pendidikan menengah, pendidikan jalur sekolah menengah kejuruan (SMK) diharapkan menghasilkan tamatan berkarakter, mampu mengembangkan keunggulan lokal, dan mumpuni untuk bersaing di pasar global. SMK juga harus mempunyai partner industri guna menjaga kualitas lulusan sesuai kebutuhan industri.
Seperti disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Mustagfirin, di Jakarta, Jumat (1/3/2013) lalu, kebutuhan industri terhadap teknisi kelas menengah sangat tinggi. Kondisi demikian merupakan peluang bagi lulusan SMK untuk mendapatkan pekerjaan di sektor industri.
Setidaknya, ada tiga keuntungan bisa diperoleh para siswa lulusan SMK. Pertama, SMK berperan sebagai elevator atau tangga tercepat dari masyarakat yang berasal dari kalangan kurang mampu untuk bisa menaikkan taraf hidupnya. Kedua, lulusan SMK bisa memiliki pilihan dalam hidupnya. Setelah lulus sekolah, mereka mempunyai pilihan untuk bekerja atau berwirausaha.
“Nantinya, begitu ada pendapatan, dia akan berpikir untuk meningkatkan kompetensi dan taraf hidupnya dengan sekolah lagi,” ujar Mustagfirin. Ketiga, lanjut Mutagfirin, SMK mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia.
Ujian SMK
Peraturan Mendikbud Nomor 3 Tahun 2013 sangat jelas memaparkan tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional. Secara garis besar, ada beberapa ujian SMK, yaitu ujian kompetensi (UK), ujian sekolah (US), dan ujian nasional (UN).
Direktur Pembinaan SMK, Anang Tjahjono, menjelaskan bahwa UK terdiri dari ujian teori dan praktik. UK menjadi kebijakan tersendiri, karena lulusan SMK ditekankan pada keahlian dan keterampilan. Lulusannya pun dapat memperoleh sertifikat keahlian sesuai dengan jurusannya. Sementara UN mata pelajaran yang diujikan sama seperti di SMA meliputi Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Bagi kebanyakan siswa SMK, UN bukanlah suatu masalah. Hal ini mengingat kebanyakan berorientasi kerja selepas sekolah menengah. “Jadi, mereka betul-betul belajar keahlian dengan sungguh-sungguh, karena inilah yang nantinya akan diterapkan di dunia kerja maupun wirausaha,” kata Anang.
Secara filosofi, Anang berpendapat UN SMK berguna untuk memetakan penerimaan siswa dalam menerima pelajaran. Tetapi ada hal lain yang lebih penting, yaitu kompetensi lulusan SMK yang menjadi parameter keberhasilan individu lulusan.
Perguruan Tinggi
Pada dasarnya, lulusan SMK juga dapat melanjutkan ke perguruan tinggi (PT), walaupun secara skema mereka dapat menjadi pekerja atau berwirausaha. Tak ada perbedaan untuk masuk perguruan tinggi dari sekolah SMA maupun SMK. Hanya, setiap perguruan tinggi punya evaluasi masing-masing untuk penerimaan mahasiswa baru. Di sekolah pun prestasi siswa selalu terpantau melalui nilai rapornya.
Mustagfirin menjelaskan, kurang lebih 20 persen lulusan SMK melanjutkan ke perguruan tinggi. Mereka akan berebut kursi PT dengan lulusan SMA/MA, sementara daya tamping PT masih sangat terbatas. Lulusan SMK maupun SMA yang ingin melanjutkan pendidikan ke PT, harus memenuhi tiga syarat, yaitu kemampuan finansial, akademik, dan ada minat. Namun demikian, daya tampung PT dapat meningkat dengan keberadaan Akademi Komunitas (AK).
Pada prinsipnya, AK adalah lanjutan berbasis keterampilan dari sekolah menengah, baik bagi siswa SMA, SMK, atau Madrasah Aliyah. AK diharapkan mampu menawarkan program keahlian yang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat, seperti animasi, pertanian, kelautan, dan otomotif. Anang menambahkan, pilihan lain bagi lulusan SMK adalah melanjutkan ke politeknik yang membuka sains terapan dan doktor sains terapan.
“Ini juga sesuai dengan KKNI atau Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia tahun 2012. Jadi, terlihat jelas tingkat kualifikasinya, bahwa jenjang siswa SMK tidak hanya melalui studi formal, tetapi juga dari bidang-bidang profesional ataupun kegiatan kerja mandiri,” ujarnya.
Sementara itu, bagi yang memilih untuk bekerja, tidak perlu khawatir. Banyak industri di dalam dan luar negeri yang kini semakin mengakui kompetensi lulusan SMK. “Bahkan Jepang menilai pekerjanya yang lulusan SMK sangat profesional, pekerja keras, dan berkomitmen tinggi. Ini yang membuat mereka terheran-heran,” kata Anang.